Langsung ke konten utama

little things that sweet

Karate saya kenal sejak saya masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Sebuah ekskul yang awalnya memang hanya ikut-ikutan, namun ternyata saya betah. Hingga kini saya betah. Selalu disini saya merasa menjadi diri sendiri. Lepas, bebas.
Sejak menginjakkan kaki di perguruan tinggi, UI tepatnya. Hal pertama yang saya cari adalah karate. Kecanduan mungkin. Namun dia tidak ada. Saya pun akhirnya mencari, menjajal berbagai ukm dengan harapan saya menemukan sebuah rasa. Rasa seperti yang saya temukan di karate. Namun tidak ada. Tapi akhirnya tuhan memberikan jalan lain atas kecanduan saya. Saya dipertemukan dengan teman-teman yang juga kecanduan. Entah bagaimanapun caranya, bahkan hingga saat ini saya masih heran bisa bertemu pecandu sebanyak ini. Akhirnya saya pun menemukan morfin saya disini.
Beberapa waktu lalu kami mengikuti kejuaraan di daerah ciputat. Saya memperhatikan pertandingan anak-anak usia sekolah dasar. Dalam suatu pertandingan terjadi kecelakaan, salah satu peserta terkena pukulan di area kepala dan akhirnya roboh dan segera ditolong petugas medis. Kemudian peserta lainnya duduk dan menunggu di dalam lapangan pertandingan. Akhirnya oleh petugas medis peserta A dinyatakan tidak dapat melanjutkan pertandingan dan peserta B dinyatakan menang. Selanjutnya setelah pertandingan selesai, peserta B pergi menghampiri meja medis dan meminta maaf, bersalaman, dan mengobrol dengan musuhnya tadi. Memang di dalam lapangan kita selalu diajarkan untuk berani dan tidak membiarkan musuh mencuri satu poin pun dari kita. Namun di luar lapangan kita selalu ingat bahwa ketika seseorang cedera akibat ulah kita maka kewajiban kita melihat kondisinya dan meminta maaf atas apa yang terjadi. Anak-anak kecil itu pun mengingatkan saya bahwa hal-hal kecil itu terus dilakukan oleh siapapun tidak mengenal batasan umur. Hingga kini kita sebagai manusia selalu diiingatkan untuk tidak sombong dan merasa lebih atas orang-orang di sekitar kita. Selalu ada hal-hal kecil yang membuat saya tersenyum ketika berada di karate. Entah karena para pecandu itu ataupun segala ulah yang dilakukan oleh mereka. Karate memang bagi kami bagaikan morfin sekaligus penawarnya.

Komentar

  1. Sya juga menjadi candu karate karena sebuah satu kata yang tidak bisa sayang hilangkan dari ingatan yaitu "OSH". Sebuah kata simple kaya makna.

    BalasHapus
  2. iyaaa...memang hal-hal kecil itu yang tidak bisa ditemukan di tempat lainnya..hal-hal kecil yang memiliki banyak makna dan saya baru menyadarinya..hahaha little too late..hal itu juga kali ya yang membuat kita tidak pernah bosan ada disini :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Completely Sad

Ya…judul ini benar-benar merepresentasikan perasaan saya saat ini. Bagaimana tidak? Setelah beberapa bulan terkahir ini saya berdiam diri dan menyaksikan carut-marut kehidupan social-politik di Jakarta kali ini saya tak tahan. Bukankah menulis adalah salah satu bentuk terapi…saya benar-benar butuh sarana untuk menyalurkannya. Katakanlah saya tidak punya hak untuk masalah dukung siapa di pilkada DKI toh KTP saya juga masih Jawa Timur. Tapi ini bukan tentang pilkada..ini bukan tentang politik..ataupun tentang mantan gubernur dan gubernur baru yang terpilih. Ini tentang kehidupan social, bernegara dan cara berpikir. Picture Source: Google.com Setelah beberapa peristiwa sedih yang saya alami maka kejadian ini menggenapkan kesedihan itu. Baiklah saya mulai saja..pada tanggal 12 Mei 2016 saya berangkat ke daerah Jakarta. Saya tinggal di daerah Depok, sehingga menuju Jakarta saya kerap memilih naik commuter line karena lebih cepat dan murah. Pagi ...

Tentang Perempuan

Sebuah perjalanan saya akhirnya membawa saya pada sebuah pertanyaan dan rasa ingin tahu yang luar biasa. Sebenarnya perjalanannya biasa saja, perjalanan dengan tujuan menghadiri hari bahagia seorang teman dan bagian dari keluarga baru saya. Sebuah pernikahan memang selalu terlihat membahagiakan bagi semua pihak, segala doa pun di panjatkan untuk kedua mempelai. Hingga akhirnya wejangan dan nasihat para orang tua pun diucapkan. Satu wejangan dari ustadz setempat itulah yang akhirnya membuat saya bertanya dan akhirnya mencari. Beliau mengutip sebuah hadist dari Abu Hurairah yang berbunyi: "Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu kecantikannya, hartanya, keturunannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung" Hadist ini juga ada di dalam hadist riwayat Imam Bukhari no. 5090 dan hadist riwayat Muslim no. 1466. Ini adalah hasil penelusuran saya pribadi atas dasar ucapan ustadz tersebut. Karena saya tidak mau terjebak ...

Perjalanan Waisak 2013

Perjalanan ini berawal dari seorang teman yang tiba-tiba meminta kami mengirimkan nama dan nomer KTP kepadanya. Rupanya dia mendaftarkan kami pada suatu trip Waisak On Borobudur. Akhirnya kami bertiga pun berangkat pada tanggal 24 Mei 2013. Awalnya saya pikir pasti perjalanan ini seru sekali, sebab seringkali kita dengar cerita orang-orang dan para blogger yang bercerita tentang pelaksanaan waisak ini. Prosesi awal dimulai dari candi mendut yang kemudian dilanjutkan dengan prosesi di candi borobudur dan akan ditutup dengan menerbangkan lampion-lampion ke angkasa pada malam hari. Saya pikir pasti akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Singkatnya saya dan beberapa teman tidak dapat mengikuti rangkaian acara di candi mendut sehingga kami pun menyusul langsung ke candi borobudur. Disana memang keadaan sangat padat di luar pintu masuk sehingga semua orang berhimpit-himpitan layaknya menonton konser. Saat mengantri itu saya melihat berbagai macam orang dari berbagai negara. Ini m...