Beberapa teman saya dinyatakan hilang dalam seminggu ini. Bukan hilang karena penculikan teman facebook, bukan hilang karena ditipu orang, bukan hilang karena dipaksa, tapi mereka hilang karena mereka ingin hilang. Mereka pergi ke dalam dunia mereka sendiri, dunia yang tak terjangkau tangan-tangan kami. Segala usaha yang kami lakukan tidak kurang, mulai dari bbm,sms,telpon, wall, tweet, dll. Tapi mungkin dunia jenis itu tak ada sinyal. Tak pernah ada balasan. Ketika mereka hilang dan merasa kesepian tak ada siapapun di dunianya, kami pun merasa kehilangan. Kehilangan seseorang yang biasanya hadir, walau hanya melalui media teknologi maupun dunia maya. Sedang marakkah fenomena hilang ini? entahlah.. yang pasti lebih dari seorang teman saya hilang, pergi. Bukan raganya yang pergi tetapi pikiran dan hatinya. Sedangkan kami..tetap disini, di tempat kami berdiri..tak beranjak. Kami tak pernah tahu jalan menuju dunia itu, seandainya kami tahu..maka kami akan menjemput teman kami yang hilang. Karena ketika bersama..tak ada lagi kata hilang.
Ya…judul ini benar-benar merepresentasikan perasaan saya saat ini. Bagaimana tidak? Setelah beberapa bulan terkahir ini saya berdiam diri dan menyaksikan carut-marut kehidupan social-politik di Jakarta kali ini saya tak tahan. Bukankah menulis adalah salah satu bentuk terapi…saya benar-benar butuh sarana untuk menyalurkannya. Katakanlah saya tidak punya hak untuk masalah dukung siapa di pilkada DKI toh KTP saya juga masih Jawa Timur. Tapi ini bukan tentang pilkada..ini bukan tentang politik..ataupun tentang mantan gubernur dan gubernur baru yang terpilih. Ini tentang kehidupan social, bernegara dan cara berpikir. Picture Source: Google.com Setelah beberapa peristiwa sedih yang saya alami maka kejadian ini menggenapkan kesedihan itu. Baiklah saya mulai saja..pada tanggal 12 Mei 2016 saya berangkat ke daerah Jakarta. Saya tinggal di daerah Depok, sehingga menuju Jakarta saya kerap memilih naik commuter line karena lebih cepat dan murah. Pagi ...
Komentar
Posting Komentar