Langsung ke konten utama

Anggota Polisi Positif Narkoba

Gilaaaakkk ya..setelah membaca tulisan di http://www.jpnn.com/read/2014/09/12/257387/34-Oknum-Polres-Jakbar-Positif-Narkoba- dan http://www.antaranews.com/berita/453271/34-anggota-polres-jakarta-barat-positif-gunakan-narkoba yang bilang bahwa ada 34 orang anggota polisi jakarta barat positif narkoba. Gimana masyarakatnya mau bersih. Tapi sebagai mahasiswa tentu saya tidak langsung percaya berita itu, saya terus mencari informasi ke media lain dan menemukan sudut pandang berbeda dari media ini http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/09/12/34-anggota-polres-jakarta-barat-positif-narkoba cukup menarik untuk dibandingkan.

Upaya tes urine yang dilakukan oleh Polres Jakarta Barat ini memang suatu upaya yang bagus dilakukan. Upaya ini dilakukan menindaklanjuti adanya dampak yang ditimbulkan oleh Operasi yang dilakukan di Kampung Ambon. Seperti yang kita tahu bahwa selama ini image Kampung Ambon ini sangat dikenal sebagai surga narkoba. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa daerah Kampung Ambon tersebut baru saja "dibersihkan" dan terdapat quote yang cukup menarik dari hasil pernyataan Kapolres Jakarta Barat yang mengatakan :
"Kami ini seperti sapu. Sapu kalo habis dipakai di tempat kotor pasti sapunya ikut kotor. Tempatnya sudah bersih (Kampung Ambon), sekarang sapu itu akan dikembalikan menjadi bersih"
Saya jadi berpikir memang bisa saja ya polisi ini dalam bertugas harus melakukan undercover untuk menjebak pelaku dan bandar, untuk mengetahui jaringannya dan mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa mereka harus menyusupi jaringan tersebut dan mau-tidak mau harus memakai narkoba juga. Ternyata hal itu sepertinya dikonfirmasi juga bahwa polisi yang positif narkoba adalah polisi yang sedang berada dalam Unit Satuan Narkoba ataupun dulunya pernah berada dalam Satuan Narkoba. Saya jadi berpikir bahwa tidak semua polisi itu nakal, bisa kita katakan bahwa polisi-polisi ini merupakan korban dari tugasnya.

Langkah ini sudah cukup bagus menurut saya untuk melakukan tes urine bagi seluruh anggotanya. Tapi sayangnya saya merasa bahwa masyarakat dengan pemberitaan media yang seperti itu malah memunculkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi. Ini yang tidak baik. Keterbukaan institusi polisi dalam memberitahukan bahwa anggotanya ada yang positif narkoba seharusnya menjadi suatu pencapaian bagi kepolisian bahwa mereka telah berani membuka kekurangannya. Ini malah terlihat seperti bumerang bagi kepolisian Jakarta Barat. Jika tanggapan media dan masyarakat terus seperti ini maka institusi-institusi kepolisian lainnya ya lebih baik tidak melakukan tes urine saja bagi anggotanya agar pencitraan institusinya tetap baik. Media dan masyarakat menginginkan institusi kepolisian yang bersih, tetapi manakah yang lebih baik antara kita sebagai masyarakat mengetahui yang sebenarnya baik dan buruknya polisi atau kita hanya disuguhi yang baik-baik saja dari polisi. Inilah yang harus dihindari.

Memang banyak sekali kritik yang ditujukan pada institusi kepolisian. Mulai dari kritik masyarakat biasa sampai dengan para pakar yang mengkritisi. Memang tidak mudah membuat institusi kepolisian menjadi lebih baik. Saya pikir peran Media dan Masyarakat memang memiliki peran dalam melakukan evaluasi kinerja kepolisian di lapangan. Namun, menurut saya media dan masyarakat seperti ini juga harus fair dalam menanggapi apa saja yang telah dilakukan oleh kepolisian. Jika memang suatu program yang bagus maka harus diapresiasi dan jika program tidak berjalan dengan baik maka harus dikritisi sehingga dapat dievaluasi. Sebagai masyarakat yang cerdas harusnya kita sudah harus bisa memilah informasi yang ada di media-media dan menangkap keseluruhan informasi di dalamnya. Kita harus jujur bahwa media seringkali memotong ataupun melebihkan informasi yang sebenarnya. Membangun negeri ini memang tidak mudah tapi bukan berarti tidak mungkin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Completely Sad

Ya…judul ini benar-benar merepresentasikan perasaan saya saat ini. Bagaimana tidak? Setelah beberapa bulan terkahir ini saya berdiam diri dan menyaksikan carut-marut kehidupan social-politik di Jakarta kali ini saya tak tahan. Bukankah menulis adalah salah satu bentuk terapi…saya benar-benar butuh sarana untuk menyalurkannya. Katakanlah saya tidak punya hak untuk masalah dukung siapa di pilkada DKI toh KTP saya juga masih Jawa Timur. Tapi ini bukan tentang pilkada..ini bukan tentang politik..ataupun tentang mantan gubernur dan gubernur baru yang terpilih. Ini tentang kehidupan social, bernegara dan cara berpikir. Picture Source: Google.com Setelah beberapa peristiwa sedih yang saya alami maka kejadian ini menggenapkan kesedihan itu. Baiklah saya mulai saja..pada tanggal 12 Mei 2016 saya berangkat ke daerah Jakarta. Saya tinggal di daerah Depok, sehingga menuju Jakarta saya kerap memilih naik commuter line karena lebih cepat dan murah. Pagi

Tentang Perempuan

Sebuah perjalanan saya akhirnya membawa saya pada sebuah pertanyaan dan rasa ingin tahu yang luar biasa. Sebenarnya perjalanannya biasa saja, perjalanan dengan tujuan menghadiri hari bahagia seorang teman dan bagian dari keluarga baru saya. Sebuah pernikahan memang selalu terlihat membahagiakan bagi semua pihak, segala doa pun di panjatkan untuk kedua mempelai. Hingga akhirnya wejangan dan nasihat para orang tua pun diucapkan. Satu wejangan dari ustadz setempat itulah yang akhirnya membuat saya bertanya dan akhirnya mencari. Beliau mengutip sebuah hadist dari Abu Hurairah yang berbunyi: "Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu kecantikannya, hartanya, keturunannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung" Hadist ini juga ada di dalam hadist riwayat Imam Bukhari no. 5090 dan hadist riwayat Muslim no. 1466. Ini adalah hasil penelusuran saya pribadi atas dasar ucapan ustadz tersebut. Karena saya tidak mau terjebak

Perjalanan Waisak 2013

Perjalanan ini berawal dari seorang teman yang tiba-tiba meminta kami mengirimkan nama dan nomer KTP kepadanya. Rupanya dia mendaftarkan kami pada suatu trip Waisak On Borobudur. Akhirnya kami bertiga pun berangkat pada tanggal 24 Mei 2013. Awalnya saya pikir pasti perjalanan ini seru sekali, sebab seringkali kita dengar cerita orang-orang dan para blogger yang bercerita tentang pelaksanaan waisak ini. Prosesi awal dimulai dari candi mendut yang kemudian dilanjutkan dengan prosesi di candi borobudur dan akan ditutup dengan menerbangkan lampion-lampion ke angkasa pada malam hari. Saya pikir pasti akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Singkatnya saya dan beberapa teman tidak dapat mengikuti rangkaian acara di candi mendut sehingga kami pun menyusul langsung ke candi borobudur. Disana memang keadaan sangat padat di luar pintu masuk sehingga semua orang berhimpit-himpitan layaknya menonton konser. Saat mengantri itu saya melihat berbagai macam orang dari berbagai negara. Ini m